Aktifitas manusia dalam
memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna
lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang buangan yang disebut sampah.
Sampah secara sederhana diartikan sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang
oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan
pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah volume sampah yang
sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah
akhir (TPA). Dalam hal ini pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak
positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah,
terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang menyebabkan
tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).
2.Jenis Sampah
A.
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
·
Sampah anorganik misalnya :
logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
·
Sampah Organik misalnya : sisa
makanan, sisa pembungkus dan sebagainya
B.
Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
·
Mudah terbakar misalnya :
kertas, plastik, kain, kayu
·
Tidak mudah terbakar misalnya :
kaleng, besi, gelas
C.
Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
·
Mudah membusuk misalnya : sisa
makanan, potongan daging
·
Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng,
kaca (Dainur, 1995)
3. Karakteristik Sampah
1.
Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang
mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
2.
Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor,
tapi yang tidak termasuk garbage.
3.
Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar
baik dirumah, dikantor, industri.
4.
“Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik
dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari
kertas-kertas, daun-daunan.
5.
“Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam,
penyakit atau kecelakaan.
6.
Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang
berasal dari perumahan.
7.
Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta api.
8.
Sampah Industri terdiri dari
sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi.
9.
Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
10. Construction Wastes yaitu
sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan
gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda
kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat
pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)
4. Sumber-Sumber Sampah
a.
Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya
dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan
atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan
biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah
basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga,
abu atau sisa tumbuhan kebun. (Dainur, 1995)
b. Tempat
umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan
banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan.
Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa
makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan
terkadang sampah berbahaya.
c.
Sarana layanan masyarakat milik
pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud
disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat
layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer,
gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat
tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
d.
Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri
makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat
pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang
sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan
dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan,
sampah khusus dan sampah berbahaya.
e.
Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan
binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan
sampah berupa bahan-bahan makanan yang
telah membusuk, sampah pertanian, pupuk,
maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra, 2007).
5. Pengelolaan Sampah Padat
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan
sampah padat yang baik, diantaranya :
Ø Tahap pengumpulan dan
penyimpanan di tempat sumber
Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor,
rumah tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan
sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering
sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan
pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang
digunakan harus memenuhi persyaratan berikut berikut ini :
a. Konstruksi harus kuat dan
tidak mudah bocor
b. Memiliki tutup dan mudah
dibuka tanpa mengotori tangan
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut
oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah
dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini
berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga.
Pengelolaanya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun suatu
dipo, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya :
·
Dibangun di atas permukaan
tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.
·
Memiliki dua pintu, pintu masuk
dan pintu untuk mengambil sampah.
·
Memiliki lubang ventilasi yang
tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam
dipo.
·
Ada kran air untuk membersihkan
·
Tidak menjadi tempat tinggal
atau sarang lalat atau tikus.
·
Mudah dijangkau masyarakat
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan
dua metode :
a. Sistem duet : tempat
sampah kering dan tempat sampah basah
b. Sistem trio : tempat
sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.
Ø Tahap pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat
pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut
sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007)
Ø Tahap pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini,
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain :
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah
sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah
dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah
yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di
ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu
tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat
besar. Semua jenis
sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat
yang jauh dari lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam
menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu:
1. Metode galian parit (trench method)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang
memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah
yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu
parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
2. Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah seperti
pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan
lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.
3. Metode ramp
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari
kedua metode di atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan
setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
Setelah lokasi sanitary landfill yang
terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau
(pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya
(Kusnoputranto, 1986)
b. Incenaration
Incenaration atau
insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah
secara besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini,
antara lain :
1. Volume sampah dapat
diperkecil sampai sepertiganya.
2. Tidak memerlukan ruang
yang luas.
3. Panas yang dihasilkan
dapat dipakai sebagai sumber uap.
4. Pengelolaan dapat dilakukan secara
terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat
penerapan metode ini : biaya besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat
karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara
lain :
1. Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan
pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
2. Furnace
Furnace atau
tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna
untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang
belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
3. Combustion
Combustion atau
tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk
membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.
4. Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk
adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan mengalirkan udara ke
dalam
5. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang terbentuk, yang
kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses
dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses
ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995). Berikut
tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda
yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.
2. Penghancuran sampah
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm)
3. Penyampuran sampah dengan
memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N=1:30)
4. Penempatan sampah dalam
galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi
proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama
15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik.
d. Hog Feeding
Pemberian sejenis garbage kepada
hewan ternak (misalnya: babi). Perlu diingat bahwa sampah basah harus diolah
lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing
dan trichinosis.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke
dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem
pembuangan air limbah memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja
di tanah lapangan, jurang atau tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau
laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat
menimbulkan bahaya banjir. (Mukono, 2006)
h. Individual Incenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini
biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah
yang masih dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di
daur ulang, antara lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan sebagainya.
j. Reduction
Metode ini digunakan dengan cara
menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang
lebih kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan lemak.
k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali
misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan
penyakit (Chandra, 2007).
6. Hubungan Pengelolaan Sampah terhadap
Masyarakat dan Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan
membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri.
Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
a.Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut
:
1. Sampah dapat dimanfaatkan
untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk.
3. Sampah dapat diberikan
untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan
lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaan sampah menyebabkan
berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga dan binatang pengerat.
5. Menurunkan insidensi
kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.
6. Keadaan estetika
lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang
baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.
8. Keadaan lingkungan yang baik akan
menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat
digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007)
b.Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan
sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut.
1. Pengaruh terhadap
kesehatan
a. Pengelolaan sampah yang
kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor
penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, jamur.
b. Penyakit demam berdarah
meningkatkan incidencenya disebabkan vektor Aedes Aegypty yang hidup berkembang
biak di lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas
dan plastik dengan genangan air) (Dinas Kebersihan, 2009)
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata
disebabkan bau sampah yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide
dan Metylmercaptan (Dinas Kebersihan, 2009).
d. Penyakit saluran
pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup
berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah (Dinas
Kebersihan, 2009)
e. Insidensi penyakit kulit
meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat
pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini
dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara.
f. Penyakit kecacingan
g. Terjadi kecelakaan akibat
pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti
kaca, besi, dan sebagainya
h. Gangguan psikomatis,
misalnya insomnia, stress, dan lain-lain (Mukono, 1995)
2. Pengaruh terhadap
lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang
kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara
lingkungan masyarakat (Dinas Kebersihan, 2009).
b. Pembuangan sampah ke
dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan
saluran air akan menjadi dangkal (Mukono, 2006).
c. Proses pembusukan sampah oleh
mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Adanya asam organic dalam
air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan
fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air,
fasilitas jaringan dan lain-lain (Dinas Kebersihan, 2009).
e. Pembakaran sampah dapat
menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan
datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan
pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan
kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air
(Chandra, 2007).
3. Pengaruh terhadap sosial
ekonomi dan budaya masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang
kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang
kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis)
untuk datang berkunjung ke daerah tersebut (Mukono, 2006)
c. Dapat menyebabkan
terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola
d. Angka kesakitan meningkat
dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun.
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak
memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
f. Penurunan pemasukan
daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan
penghasilan masyarakat setempat.
g. Penurunan mutu dan sumber
daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.
h. Penumpukan sampah di pinggir jalan
menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi
barang dan jasa (Chandra, 2007).
7. Petugas Pengelola Sampah
Petugas pengelola sampah adalah orang yang
melakukan pekerjaan pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan,
atau pembuangan dari material sampah. Material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing
masing jenis zat (Wikipedia, 2010).
8. Pengertian Kulit
a. Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang
melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya
1,50-1,75 m2 Rata-rata tebal kulit 1-2mm. Paling tebal (6 mm) ada ditelapak
tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) ada di penis. Kulit terbagi atas tiga
lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau
subkutis (Harahap, 2000).
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu
:
1. Epidermis, terbagi atas
empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum, lapisan malphigi atau
stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum, lapisan tanduk atau
stratum korneum.
2. Dermis atau korium
merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.
3. Jaringan subkutan (Subkutis atau
hipodermis) merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis (Harahap, 1990).
b.Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam
untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :
a. Pelindung
Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling
luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan
dari tubuh. Melamin yang memberi warna pada kulit untuk melindungi kulit dari
akibat sinar ultra violet (Harahap, 2000).
b. Pengatur suhu
Penguapan keringat, sehingga suhu tubuh
dapat dijaga tidak terlalu panas (Harahap, 2000).
c. Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu
seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar
masuk melalui kulit. Zat-zat yang larut dalam lebih mudah masuk ke dalam kulit
dan masuk peredaran darah,
karena dapat bercampur dengan lemak yang
menutupi permukaan kulit (Harahap, 2000).
d. Indera perasa
Indera perasa di kulit terjadi karena
rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok
adalah merasakan nyeri, perabaan, panas, dan dingin (Harahap, 2000).
e. Sintesis vitamin D
(Graham, 2005).
f. Berperan penting dalam daya tarik seksual
dan interaksi sosial (Graham, 2005).
c.Penyebab Penyakit Kulit
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang
menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :
1. Agen-agen fisik, antara
lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan
serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau
radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit
dengan jalan :
a. Mengubah pHnya
b. Bereaksi dengan
protein-proteinnya (denaturasi)
c. Mengekstrasi lemak dari
lapisan luarnya
d. Merendahkan daya tahan
kulit.
2. Agen-agen kimia, terbagi
menjadi 4 kategori yaitu :
a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut
lemak, deterjen, garam-garam logam.
b. Sensitizer berupa logam
dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro
aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik,
tanam-tanaman, dll.
c. Agen-agen aknegenik
berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll
d. Photosensitizer berupa
antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna
akrrridin, dll.
3. Agen-agen biologis, seperti
mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini
umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.
Macam-macam gangguan kulit adalah kudis
(gudig, scabies), tuma (kutu rambut atau kutu kepala), kutu dan tungau, luka
kulit yang bernanah, cacar monyet (impetigo), bisul dan abses, gelegata,
bilur atau ruam yang gatal akibat alergi, herpes, infeksi jamur, panu, belulang
(kapalan), kanker kulit, dan borok pada kulit (Harahap, 1990).
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal
(saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/
bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit
permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).
Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi
adalah kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut.
Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Predisposisi
b. Pekerjaan
c. Perubahan pH kulit atau
metabolisme kulit
d. Daya tahan tubuh
seseorang yang menurun
e. Menderita penyakit kronik
atau tumor ganas
f. Kebersihan perorangan
yang kurang baik
g. Gangguan hormonal
Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic),
hewan (zoophilic), atau manusia (antrophilic) (Harahap,
1990).
Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan
di Indonesia, yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab yang
memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, apalagi bila kebersihan
perorangan yang kurang baik, dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai
(Harahap, 2000).
Secara klinis, dampak sampah adalah penyakit
kulit yang diakibatkan karena jamur. Gangguan kulit dibagi atas infeksi superficial
yang paling sering ditemukan adalah pitirias versikolor (panu),
infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidiasis kutis, infeksi
subkutan yang kadang-kadang ditemukan sporotrikosis, fikomikosis
subkutan, aktimomikosis, dan kromomikosis (Harahap, 2000).
Penyebab Pitariasis Versikolor (panu)
adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar
dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok
bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan meatballs.
Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat perubahan
keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit.
Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut
diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor
lingkungan di antaranya adalah lingkungan
mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara
lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya
sindrom chusing atau malnutrisi.
Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai
di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai
atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat
tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis
Versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ macula berwarna
putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal
ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya
berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat
atau kemerahan (Soebono, 2001).
Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit
kepala, tinea korporis pada permukaan kulit, tinea kruris pada
lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), tinea
manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada
kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku) (Wed, 2004).
Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit
atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa
menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.
Keluhan yang dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea
imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa gatal. Keluhan
yang dialami penderita kandidiasis adalah rasa gatal yang hebat,
kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar (Soebono, 2001). Gangguan
kulit
karena infeksi bakteri pada kulit yang
paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).
9. Pengertian Hygiene
Yang dimaksud dengan hygiene ialah
usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi lingkungan terhadap
kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula melindungi,
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (perorangan ataupun
masyarakat), sedemikian rupa sehingga pelbagai faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.
10. Kebersihan Perorangan
Kebersihan perorangan adalah cara perawatan
diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat
penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan peorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Kebersihan
peorangan meliputi:
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan
kesehatan yang paling pertama memberi kesan. Oleh karena itu perlu memelihara
kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari
kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit
kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti :
1. menggunakan barang-barang
keperluan sehari-hari milik sendiri
2. mandi minimal 2x sehari
3. mandi memakai sabun
4. menjaga kebersihan
pakaian
5. makan yang bergizi
terutama banyak sayur dan buah
6. menjaga kebersihan
lingkungan.
b. Kebersihan Rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan
membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan
cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan
kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. memperhatikan kebersihan
rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu
2. mencuci rambut memakai
samphoo/bahan pencuci rambut lainnya
3. sebaiknya menggunakan
alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
c. Kebersihan Gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan
menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :
1. menggosok gigi secara
benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan
2. memakai sikat gigi
sendiri
3. menghindari makan-makanan
yang merusak gigi
4. membiasakan makan buah-buahan yang
menyehatkan gigi
5. memeriksa gigi secara
teratur.
d. Kebersihan Mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menjaga kesehatan mata adalah :
1. membaca di tempat yang
terang
2. makan makanan yang
bergizi
3. istirahat yang cukup dan
teratur
4. memakai peralatan sendiri
dan bersih (seperti handuk dan sapu tangan)
5. memelihara kebersihan
lingkungan.
e. Kebersihan Telinga
Hal yang diperhatikan dalam kebersihan
telinga adalah :
1. membersihkan telinga
secara teratur
2. jangan mengorek-ngorek
telinga dengan benda tajam.
f. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku
harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan
kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan
kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan
tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan
penyakit-penyakit tertentu.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1. Membersihkan tangan
sebelum makan
2. Memotong kuku secara
teratur
3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum tidur.
Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan
kulit adalah :
a. Kebersihan kulit
b. Kebersihan kuku
c. Kebersihan rambut dan kulit kepala
11. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap
bahaya, prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara
keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya
dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak
praktis dan tidak terjangkau (Ridley, 2004).
Dengan seluruh jenis alat pelindung diri
yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk
kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan
berdasarkan material, desain, warna, dan sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa
prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung diri yang efektif harus sesuai
dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang akan tahan terhadap
bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya, tidak mengganggu
kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang sangat kuat,
tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan,
dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2004).
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
akan mengurangi kemungkinan kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja.
Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman bagi pekerja adalah :
a. Pakaian kerja
Pakaian kerja jenis celana ; hindarkan
bagian kaki yang terlalu panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat
keluar akan mengurangi pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja
jenis baju sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar.
b. Pemakaian sarung tangan
Sarung tangan sangat membantu pada
pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
c. Pemakaian sepatu kerja
Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki
harus diperhatikan terutama pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok
dengan kondisi kerja, sepatu bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium
ataupun sepatu untuk kerja di lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama
mengamankan kaki dari benda jatuh atau tergelincir pada waktu kerja.
d. Pemakaian masker
Pemakaian masker untuk melindungi pernafasan
dari gas tertentu (Daryanto, 2007)
Alat pelindung diri harus disediakan gratis,
diberikan satu per satu jika tidak harus dibersihkan setelah digunakan, hanya
digunakan sesuai peruntukannya, dijaga
dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti
jika mengalami kerusakan, dan disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak
digunakan (Ridley, 2004).